Rabu, 28 Januari 2015

Perbedaan Kristen dan Islam

Di antara sekian banyak jawaban yang mungkin, salah satunya adalah karena kedua agama ini mempunyai akar yang sama. Kedua-duanya mengklaim diri sebagai “cucu” A(I) braha(i)m. Maka sebagai cucu dari nenek moyang yang satu, klaim itu bisa membawa kepada persaingan-persaingan. Di samping itu, tentu saja karena kedua agama itu adalah agama dakwa/ misi. Kristen mau menyampaikan Kabar Baik kepada seluruh umat manusia, sedangkan Islam adalah rakhmat untuk seluruh alam (rahmatan li’l-‘alamin). Semua klaim ini justru berasal dari kitab suci masing-masing, Alkitab dan Al-Qur’an, yang dalam banyak hal narasi-narasinya mirip, bahkan sama satu sama lainnya.


Dengan mengatakan ini, tentu muncul pertanyaan, apakah kemiripan bahkan persamaan ceritera-ceritera itu kebetulan saja, atau justru berasal dari sumber yang sama? Tentu saja kita menyadari bahwa, baik Alkitab maupun Al Qur’an diinspirasikan dan diwahyukan oleh Allah kepada nabi-nabi-Nya. Inilah klaim dogmatis dan aqidah yang tidak diragukan. Namun demikian wahyu dan inspirasi itu disampaikan di dalam dunia nyata yang dikondisikan oleh budaya, kebiasaan, bahasa, dan seterusnya. Tercakup di dalam yang mengkondisikan ini berbagai ceritera yang hidup dan beredar luas di kalangan masyarakat ketika inspirasi dan wahyu itu disampaikan. Maka sedikit banyaknya faktor-faktor itu ikut “membentuk” Alkitab dan Al-Qur’an.

Dalam berbagai pertemuan lintas-agama yang dilaksanakan di Indonesia, baik pimpinan Islam mau pun Kristen selalu menekankan, agar yang sama tidak perlu dibedakan, sedangkan yang berbeda tidak perlu disamakan. Inilah sikap arif yang mendorong terciptanya relasi-relasi harmonis, tanpa menyangkali kenyataan bahwa memang ada perbedaan. Namun perbedaan- perbedaan itu tidak perlu menjadikan kita saling bermusuhan satu sama lain. Sementara itu persamaan-persamaan yang ada, dapat makin mendekatkan kita satu sama lain, terutama di dalam menghadapi berbagai persoalan kemanusiaan yang merupakan problem bersama.

Adanya kesamaan di antara narasi-narasi yang terdapat di dalam Alkitab mau pun Al Qur’an sudah banyak diketahui. Kita bisa menyebutkan misalnya ceritera penciptaan manusia, baik laki-laki mau pun perempuan untuk selanjutnya mereka diizinkan tinggal di dalam Firdaus.

Tetapi kemudian mereka diusir dari sana karena dosa. Ceritera lain lagi mengenai pembunuhan Habil oleh Kain. Di dalam Al Qur’an Kain disebut Kabil. Sedikit berbeda dalam penyebutan nama, tetapi maksud utama adalah sama, yaitu untuk memperlihatkan praktek pembunuhan pertama di kalangan manusia. Ceritera Nuh yang membuat bahtera adalah juga ceritera lain yang sama. Ceritera ini bahkan ada juga di dalam mitologi-mitologi yang dikenal di Nusantara ini. Bagaimana dengan ceritera tentang A(I)braha(i)m yang mengorbankan puteranya? Sama juga. Namun mengenai “siapa” yang dikorbankan, ternyata berbeda. Alkitab menyebutkan Ishak yang dikorbankan, diklaim sebagai anak yang dikasihi Abraham, yang justru baru diperoleh ketika ibunya, S